Nama: Dian Nopiand
Kelas: Sosiologi B
/ 3

Konflik
A. Teori Penyebab Konflik
Ada beberapa teori penyebab konflik
berikut ini akan dipaparkan beberapa teori mengenai penyebab konflik.
a. Teori Hubungan Masyarakat
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi
yang terus terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan di antara kelompok yang
berbeda dalam suatu masyarakat.
b. Teori Negosiasi Prinsip
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi
yang tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak
yang mengalami konflik.
c. Teori Kebutuhan Manusia
Berasumsi bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan
oleh kebutuhan dasar manusia fisik, mental, dan sosial yang tidak terpenuhi
atau dihalangi. Keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan otonomi sering
merupakan inti pembicaraan.
d. Teori Identitas
Berasumsi bahwa konflik disebabkan karena identitas
yang terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di
masa lalu yang tidak diselesaikan.
e. Teori Kesalahpahaman Antarbudaya
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh ketidak
cocokan dalam cara-cara komunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda.
f. Teori Transformasi Konflik
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh
masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai
masalah-masalah sosial, budaya dan ekonomi.
A. Potensi-Potensi Konflik
- Perbedaan Individu
Merupakan
perbedaan yang menyangkut perasaan, pendirian, pendapat atau ide yang berkaitan
dengan harga diri, kebanggaan dan identitas seseorang. Perbedaan kebiasaan dan
perasaan yang dapat menimbulkan kebencian dan amarah sebagai awal timbulnya
konflik. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman,
tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu
karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur
- Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan
Kepribadian
seseorang dibentuk dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Tidak semua
masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma-norma sosial yang sama. Apa yang
dianggap baik oleh suatu masyarakat belum tentu sama dengan apa yang dianggap
baik oleh masyarakat. Misalnya orang jawa dengan orang papua yang memiliki
budaya berbeda, jelas akan membedakan pola pikir dan kepribadian yang berbeda
pula. Jika hal ini tak ada suatu hal yang dapat mempersatukan, akan berakibat
timbulnya konflik.
- Perbedaan Kepentingan
Setiap
individu atau keompok seringkali memiliki kepentingan yang berbeda dengan individu
atau kelompok lainnya. semua itu bergantung dari kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
Perbedaan kepentingan ini menyangkut kepentingan ekonomi, politik, sosial, dan
budaya. Misalnya seseorang pengusaha menghendaki adanya penghematan dalam biaya
suatu produksi sehingga terpaksa harus melakukan rasionalisasi pegawai. Namun,
para pegawai yang terkena rasionalisasi merasa hak-haknya diabaikan sehingga
perbedaan kepentingan tersebut menimbulkan suatu konflik. Misalnya mengenai
masalah pemanfaatan hutan. Para pecinta alam menganggap hutan sebagai bagian
dari lingkungan hidup manusia dan habitat dari flora dan fauna. Sedangkan bagi
para petani hutan dapat menghambat tumbuhnya jumlah areal persawahan atau
perkebunan. Bagi para pengusaha kayu tentu ini menjadi komoditas yang
menguntungkan. Dari kasus ini ada pihak – pihak yang memiliki kepentingan yang
saling bertentangan, sehingga dapat berakibat timbulnya konflik.
- Perubahan Sosial
Perubahan
sosial dalam sebuah masyarakat yang terjadi terlalu cepat dapat mengganggu
keseimbangan sistem nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut.
Konflik dapat terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara harapan individu
atau masyarakat dengan kenyataan sosial yang timbul akibat perubahan itu.
Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang
mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat
tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi
nilai-nilai masyarakat industri.
Nilai-nilai
yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak
kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan
kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi
formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan
nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah
menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam
dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau
mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan
akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap
mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
Referensi:
Wardi, Bachtiar, Prof. Dr.
M.s. 2010. Soiologi Klasik, Dari Comte hingga Parsons
Soekanto, Soerjono (1982)
Sosiologi Pengantar.
Ritzer, George dan Douglass J
Goodnan : 2007: Teori Soiologi Modern;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar